Sebuah aksara hasil tulisan Franz Kafka

Sosok Ade Paloh dalam Wajah Baru Bilal Indrajaya

Rabu, 4 Juni 2025 08:21 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
otak manusia tidak hanya memroses musik secara pasif, tetapi juga secara aktif menyelaraskan osilasi
Iklan

Bilal Indrajaya hadirkan penghormatan tulus untuk Ade Paloh lewat mini album Dua Dunia dan penampilan emosional di Java Jazz 2025.

***

Penampilan Bilal Indrajaya dalam panggung Java Jazz 2025 tak hanya menghadirkan nuansa musik yang hangat, tetapi juga menghidupkan kembali ingatan akan sosok yang telah tiada. Melalui aransemen akustik yang sederhana namun menyentuh, Bilal seolah menjadi medium baru bagi semangat dan musikalitas almarhum Ade Paloh, vokalis dan penulis lagu utama dari grup musik Sore.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bilal membuka penampilannya dengan Achir Maret, lagu yang ia dedikasikan khusus untuk mengenang Ade Paloh. Diiringi petikan gitar dan suasana panggung yang nyaris hening, lagu ini menjadi pembuka yang lirih dan reflektif. Tanpa banyak pernyataan verbal, penghormatan itu berasa sampai ke penonton.

Lagu kedua Bermuda masih disajikan dalam format akustik. Nada-nada yang diusung tetap mempertahankan atmosfer yang intim, dengan lirik yang sederhana namun penuh ruang tafsir. Selepas dua nomor pembuka itu, Bilal mulai memperkenalkan karya-karya dari mini albumnya yang bertajuk Dua Dunia, yang resmi dirilis pada Jumat, 16 Mei 2025.

Mini album ini berisi lima lagu yang dirancang dengen pendekatan stripped down, meninggalkan kemewahan aransemen untuk memberi ruang lebih pada lirik dan makna. Di antara lagu-lagu yang dibawakan sore itu, Akhir Pekan yang Hilang dan Kaus Kaki Merah mencuri perhatian. Terutama lagu terakhir, yang lirik dan nuansanya mengingatkan pada karya Sore Band, terutama Apatis Ria dari album Ports of Lima. Tak heran jika publik merasa ada kesinambungan semangat antara Bilal dan Ade Paloh dengan sama-sama mengedepankan sensitivitas lirik dan kepiawaian membangun lanskap suasana dalam sebuah lagu. 

Dua Dunia merupakan catatan personal Bilal mengenai speasang kekasih yang semestinya berjalan ke arah yang sama, namun terpisah oleh kehendak semesta. Tema ini dibalut dengan musik yang tenang namun menggelitik. Produser musik Lafa Pratomo turut memberi sentuhan akhir pada karya ini, menjaga kesederhanaan aransemennya tanpa kehilangan kekuatan emosional yang ingin disampaikan.

Lagu Achir Maret dan Kaus Kaki Merah  yang menempati urutan awal dalam mini album, menjadi titik terang akan pengaruh dan penghormatan Bilal terhadap Ade Paloh. Namun, ini bukan tentang meniru atau mengambil alih warisan itu. Bilal membawa suaranya sendiri, lebih tenang, lebih merunduk, namun tetap memiliki karakter kuat.

Penampilan sore itu ditutup dengan Niscaya  lagu yang mengakhiri segalanya dan seolah mengajak penonton untuk bersuka ria dan memiliki perasaan kagum atas apa yang telah disuguhkan, baik yang tersurat, maupun yang hanya bisa dirasa.

Melalui Dua Dunia dan panggung Java Jazz 2025, Bilal Indrajaya tak hanya memperkenalkan wajah baru dalam karya-karyanya, tapi juga menjadi pengingat bahwa musik yang jujur selalu menemukan jalannya. Dan dalam dirinya, mungkin kita belum sepenuhnya kehilangan suara lembut dan getir khas Bang Ade. Kita hanya mendengar dari tubuh yang lain, pada waktu yang berbeda.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Alden Abdurrasyid

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Hiburan

Lihat semua